PENDAHULUAN
A. Latar
Bealakang
Belajar merupakan proses perubahan seseorang yang
asalnya tidak mengetahui (tidak tau) menjadi mengetahui (tau). Misalnya
seorang anak yang awalnya tidak bisa berbahasa Inggris menjadi mahir. Akan
tetapi tidak semua perubahan yang terjadi dalam diri seseorang merupakan hasil
dari proses belajar.
Dalam menerapkan metode yang baik untuk suatu proses pembelajaran, maka
harus diperlukan teori yang cocok untuk sebuah model pembelajaran yang mampu diserap
dan diterapkan dalam proses pengajaran disekolah, akan tetapi kita harus
melihat metode mana yang lebih cocok diterapkan di dalam kelas, karena tidak
semua teori pembelajaran cocok untuk diterapkan. Sebelum kita menggunakan suatu
metode pembelajaran kita harus melihat situasi dan kondisi lingkungan sekitar
dan meneliti teori apa yang harus digunakan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar operant?
2. Apa yang dimaksud dari operant conditioning?
3. Bagaimana cara menerapkan prinsip teori behaviorisme dalam dunia
pendidikan?
4. Apa kelebihan dan kekurangan teori Skinner?
C. Tujuan
Penulisan
1. Agar dapat mengetahui
konsep teori belajar Operant
Conditioning
2. Supaya dapat mengetahui
prinsip Operant Conditioning
3. Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan
teori Skinner
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belajar Operant
Belajar
sebagai akibat penguatan merupakan bentuk belajar lain yang banyak diterapkan
dalam teknologi modifikasi perilaku. Bentuk belajar ini disebut terkondisi operant sebab perilaku yang
di inginkan timbul secara spontan, tanpa dikeluarkan secara naluriah oleh
stimulus apa pun, saat oeganisme “beroperasi” terhadap lingkungan. Berbeda
dengan belajar responden, perilaku operant
tidak memiliki stimulus fisiologis yang dikenal. Perilaku operant tidak “dikeluarkan”, tetapi “dipancarkan”, dan konsekuensi
atas perilaku itu bagi organisme merupakan variabel yang penting dalam belajar operant. Perilaku akan diperkuat bila
akibatnya berupa suatu yang terkuatkan. Perilaku yang mengalami penguatan
mempunyai kecenderungan untuk meningkat dalam hal frekuensi, besarnya, atau
probabilitas terjadinya.
Karena
peristiwa yang mengalami penguatan dapat menghasilkan efek yang begitu penting,
kita perlu bertanya, apakah penguat itu? Penguat ialah setiap stimulus yang
meningkatkan kekuatan suatu perilaku (Gage, 1984). Menurut Slavin (1988),
penguat didefinisikan sebagai konsekuensi yang memperkuat (berarti meningkatkan
frekuensi) perilaku.
Belajar
operant ditunjukan dalam perilaku
berbagai hewan: tikus menekan pengungkiut, burung merpati membentuk kunci, kuda
menganggukkan kepalanya. Pada dasarnya, setiap perilaku operant dapat ditimbulkan kerap kali dengan pemberian penguatan
segera setelah timbulnya perilaku itu. Berdasarkan berbagai
percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah
pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila
diberi penguatan.
Dari
eksperimen yang dilakukan B.F. Skiner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati mengahasilkan hukum-hukum
celajar, diantaranya:
a) Law
of operant conditioning yaitu
jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b) Law
of operant extinction yaitu
jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat memlaui proses conditioning itu
tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.
Dalam
manusia, berlaku hal yang sama. Berbagai perilaku manusia dapat ditimbulkan
berulang kali dengan adanya penguatan segera setelah ada respons. Respons itu
dapat berupa: suatu pertanyaan, gerakan, tindakan. Misalnya, respons itu dapat
berupa menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dengan sukarela. Atau dapat pula
respons itu berupa jawaban siswa itu sendiri. Ada kalanya, respons itu sukit
untuk diketahui, seperti bila seorang siswa duduk diam saja, dan kelihatannya
tidak berbuat apa-apa.
Bila
respons berupa sukarela menjawab pertanyaan guru, penguat terhadap respons itu
mungkin dalam bentuk “diberi giliran oleh guru”. Bila respons itu berupa
jawaban itu sendiri terhadap pertanyaan, penguat mungkin berupa ucapan guru:
“Betul” atau “Bagus Sekali”. Atau bila respons itu berupa duduk diam dan tidak
berbuat apa-apa, salah satu penguat yang menyebabkan perilaku itu akan terjadi
lagi ialah suatu tanda persetujuan guru, baik berupa kata-kata maupun senyuman.
B. Devinisi Operant Conditioning
Operant ialah setiap respon yang bersifat instrumental dalam menimbulkan
akibat-akibat tertentu, seperti hadiah makanan atau satu kejutan listrik.
Respon tersebut beroperasi ke dalam lingkungan, sementara Conditioning menpunyai arti mempelajari respon
tertentu. Di bawah ini merupakan beberapa definisi dari Operant
Conditioning:
1)
Suatu tipe (instrumental)
conditioning yang melibatkan modifikasi operant respon melalui pemberian
hadiah. Dengan cara tertentu, suatu respon yang dipancarkan oleh organisme
terjadi diperkuat sesuai dengan urutan waktunya, dan perubahan – perubahan yang
ditimbulkannya dipelajari sebagai alat penguat respon yang biasa digunakan.
2)
Suatu tipe belajar dengan
mempelajari konsekuensi atau akibat dari tingkah laku kita di dalam lingkungan,
perilaku-perilaku mana saja yang mendorong kita untuk menghindari akibat-akibat
penguatan negatif “tidak menyenangkan”.
3)
Suatu tipe pengkondisian
instrumental yang mencakup memodifikasi / perubahan dari suatu operant, suatu
operant yang dipancarkan oleh suatu organisme kemudian diperkuat dengan
cara-cara tertentu sesuai jadwal tertantu dengan menghasilkan perubahan dalam
kecepatan kejadianya.
Jadi Operant Conditioning atau pengkondisian
operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali
atau menghilang sesuai dengan keinginan.
C.
Operant
Conditioning (Skiner)
Menurut
teori skiner, setiap kali memperoleh stimulus maka seseorang akan memberikan
respon berdasarkan hubungan S – R.
Respon yang diberikan ini dapat sesuai “R” (benar) atau tidak sesuai “F”
(salah) seperti apa yang diharapkan.
Respons yang benar perlu diberikan penguatan (reinforcement)agar orang
terdorong untuk melakukannya kembali. Karena itu pemberian penguatan terhadap
respon dapat diberikan secara kontinu (contineous reinforcement) dan dapat
dilakukan secara berselang seling (intermitten reinforcement) pemberian
penguatan secara berkelanjutan biasanya dilakukan pada permulaan proses
belajar, yaitu diberikan sertiap kali seseorang memberikan respons yang benar
atau bagaimana yang diharapkan.
Setelah selang beberapa waktu maka frekuensi pemberian penguatan dikurangi
dengan maksud agar orang-orang tersebut tetap tekun belajar dengan semakin
tumbuhnya kesadaran diri dan dirinya sendiri.
Skiner menyimpulkan bahwa
dengan pemberian penguatan dapat diimplementasikan dalam proses belajar dalam
beberapa hal:
1)
Tiap-tiap langkah didalam proses belajar perlu
dibuat secara singkat berdasarkan tinkah laku yang pernah dipelajari sebelumnya.
2)
Pada permulaan belajar perlu ada
penguatan (misalnya pemberian imbalan atau hadiah), serta perlu adanya
pengontrolan secara hati-hati terhadap pemberian penguatan, baik yang bersifat
kontinu maupun yang bersifat selang-seling.
3)
Penguatan harus diberikan secepat
mungkin begitu terlihat adanya respon yang benar. Hal ini akan sangat berarti
dalam rangka memberikan umpan balik bagi mereka yang belajar sehingga
motivasinya diharapkan semakin meningkat karena mereka mengetahui kemajuan yang
telah dicapai didalam proses belajar.
4)
Individu yang belajar perlu
diberikan kesempatan untuk mengadakan generalisasi karena hal ini akan
memperbesar kemungkinan adanya keberhasilan.
D. Prinsip-prinsip
Operant Conditioning
Menurut
skinner, pengkondisian operan terdiri dari dua konsep utama, yaitu:
a.
Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah proses belajar untuk
meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau
menghilangkan rangsangan. Prinsip
penguatan dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Penguatan
positif (positive
reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat
kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung.
Contoh :
Seorang
anak yang pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan
kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri.
Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak
tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut
berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih
berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan
hilang. Rangsangan yang diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal
dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan kenyamanan pisikal. Selain itu,
beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan,
perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan
penguatan positif.
Ø Bentuk-bentuk
penguatan positif antara lain :
· berupa
hadiah (permen, kado, makanan, dll),
· perilaku
(senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau
· penghargaan
(nilai A, Juara 1 dsb).
2) Penguatan Negative (Negative Reinforcement)
adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan
yang merugikan (tidak menyenangkan).
Contoh :
Seorang
ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur,
tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh
dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin
membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekuensi sikap kemarahan dari ibunya. Perbedaan
mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan
dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu
perilaku yangbaik.
Ø Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain:
· menunda/tidak
memberi penghargaan,
· memberikan
tugas tambahan atau
· menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
1)
Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku
baik
2)
Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku
baik
Skiner menyimpulkan
bahwa dengan pemberian penguatan dapat diimplementasikan dalam proses belajar
dalam beberapa hal:
1) Tiap-tiap
langkah
didalam proses belajar perlu dibuat secara singkat berdasarkan tinkah laku yang
pernah dipelajari sebelumnya.
2) Pada
permulaan belajar perlu ada penguatan (misalnya pemberian imbalan atau hadiah),
serta perlu adanya pengontrolan secara hati-hati terhadap pemberian penguatan,
baik yang bersifat kontinu maupun yang bersifat selang-seling.
3) Penguatan
harus diberikan secepat mungkin begitu terlihat adanya respon yang benar. Hal
ini akan sangat berarti dalam rangka memberikan umpan balik bagi mereka yang
belajar sehingga motivasinya diharapkan semakin meningkat karena mereka
mengetahui kemajuan yang telah dicapai didalam proses belajar.
Individu yang belajar perlu
diberikan kesempatan untuk mengadakan generalisasi karena hal ini akan
memperbesar kemungkinan adanya keberhasilan.
b.
Hukuman (Punishment)
Penguatan
negatif (negative reinforcement)
tidaklah sama dengan hukuman, keduanya sangat berbeda. Penguatan negatif lebih
bertujuan untuk meningkatkan probabilitas dari sebuah perilaku, sedangkan
hukuman lebih bertujuan untuk menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Dalam penguatan negatif respon akan meningkat karena konsekuensinya, sedangkan
pada hukuman respon akan menurun karena konsekuensinya.
Contoh :
ketika kita meminum obat saat kita sakit
kepala dan hasilnya sakit kepala kita hilang , maka kita akan
meminum obat yang sama saat kita mengalami sakit kepal. Penghilangan rasa
sakit kepala pada kasus ini merupakan penguatan negatif, sedangkan apabila
setelah meminum obat ternyata kita mendapat alergi, maka tentunya kita tidak
akan meminum obat yang sama lagi sebab mendapat alergi dalam kasus ini
merupakan sebuah hukuman sehingga perilaku berikutnya tidak akan mengulangi hal
yang sama.
Hukuman (punishment)
adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkian sebuah
perilaku akan muncul. Sebagai contoh, seorang anak bermain-main pedang-pedangan
menggunakan pisau, kemudian kulit jari tanganya terpotong ketika pisau tersebut
salah diarahkan. Pada akhirnya anak tersebut akan sedikit kemungkinannya
bermain-main menggunakan pisau.
Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara
positif dan negatif, yaitu :
1) Hukuman
positif (positive
punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan
yang tidak menyenangkan.
Contoh :
Ketika
seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan
memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan
orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai
jelek).
2) Hukuman
negatif (negative
punishment) sebuah perilaku akan berkurang ketika sebuah rangsangan positif
atau menyenagkan diambil.
Contoh :
Seorang
anak mendapat nilai jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan temannya
dan malas belajar, kemudian anak tersebut dihukum oleh orangtuanya untuk
tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya anak
tersebut tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau lebih
mengutamakan pelajarannya.
Implementasi
penerapan prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak digunakan dalam dunia
pendidikan adalah:
a) Proses
belajar dapat terjadi dengan baik apabila peserta didik ikut berpartisipasi
secara aktif didalamnya.
b) Materi
pelajaran dikembangkan didalam unit-unit dan diatur berdasarkan urutan yang
logis sehingga mahasiswa mudah mempelajarinya.
c) Tiapa
tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga peserta didik
dapat segera mengetahui apakah respons yang diberikan sudah sesuai dengan yang
diharapkan atau belum.
d) Setiap
peserta didik memberikan respon yang perlu diberikan penguatan. Penguatan
positif terbukti memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negatif
Selain
dari beberapa bentuk implemenytasi teori behaviorisme dalam bidang penfdidikan
dan penajaran dikemukakan diatas, masih cukuo banyak contoh-contoh lain dari
penerapan teori ini dalam kegiatan pendidikan. Contoh-contoh tersebut antara lain: pengajaran terprogram (programed
learning) dimana prinsip pengembangan pengajaran adalah dengan mengembangkan
materi dalam unit-unit kecil yang memberi kemudahan untuk dipelajari oleh
peserta didik. Dan detiap kali unit tertentu sesuai dipelajari peserta didik
mendapatkan umpan baik, dan respons yang benar diberikan penguatan yang umumnya
berupa penguatan positif.
Penerapan
prinsip-prinsip behaviorisme juga dikembangkan didlam bentuk prinsip belajar
tuntas( mastery learning). Prinsip be;ajar tuntas juga menekannkan pada
keharusan untuk memilah milah materi pelajaran kedalam unit-unit yang harus
dikuasai terlebih dahulu oleh peserta didik sebelum lanjutkan kemateri
berikutnya. Pada setiap akhir unit diberikan umpan balik mengenai keberhasilan
belajar yang telah dicapai yang juga sekaligus berfungsi sebagai penguat.
Teori
belajar behviorisme tidak lepas dari sejumlah kritikan. Kritikan yan mendasar
antara lain mempertanyakn kelayakan penggunaan hasil uji coba yang digunakan
pada binatang serta keterbatasan-keterbatasan laboratorium. Apakah hasil-hasil
penelitian tentang proses belajar terutama menyangkut S-R yang diperoleh dengan
menggunakan sebagai subjek uji coba dapat diterapkan pada manusia, sebab
binatang yang berlainan spesies saja akan memberikan respon lain apabila diberi
bermacam-macam stimula dan penguatan. Hal ini tentu akan sanat berbeda lagi
pada manusia. Pertanyaan lain, apakah hasil-hasil penelitian di laboratorium
akan relevan dengan hasil belajar yang sesungguhnya. Di laboratorium dapat
mengatur dan mengukur pengaruh variabel-variabel yang ingin diteliti dengan
mengontrol variabel-variabel lain. Eksperimen di laboratorium terlalu sangat
sederhana sifatnya untuk ukuran ilmu-ilmu sosial sesingga kompleksitas dan
karakteristik belajar pada manusia seakan–akan di abaikan.
Keritikan
terhadap teori belajar behaviorisme juga diarahkan pada sejauh mana
faktor-faktor sosial dalam penelitian eksperimen di laboratorium tersebut
diperhatikan. Sebagaimana diketahui bahwa proses belajar pada manusia bukan
merupakan sesutu yang berdiri sendiri, karena begitu banyak faktor-faktor
lingkunan yang turut memberi pengaruh terhadap kegiatan maupun hasil belajar.
Demikian juga nampak kecenderungan bahwa penelitian dilaboratorium
mengesampingkan faktor-faktor perkembangan seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Perkembangan adalah pembentukan keterampilan-keterampilan baru dari
keterampilan-keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya, sehingga
pengalaman-pengalaman sebelumnya merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan
pengaruhnya terhadap proses belajar. Demikian keterbatasan-keterbatasan
dari teori belajar behaviorisme yang diakui belum dapat mengungkap secara
mendasar tentan proses belajar. Lebih-lebih lagi pandangan behaviorisme yang
terkesan mekanistik dan kaku dalam memandang kegiatan belajar yang dilihat
sebagai perubahan tingkah laku. Padahal didalam kenyataannya perubahan sebagai
akibat dari proses belajar juga menyentuh aspek-aspek yang lebih mendalam dan
tidak selalu dapat dilhat dan bukan sekedar perubahan tingkah laku yang
taeramati.
E. Kelebihan
dan Kekurangan Teori Skiner
Ø Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan
untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan
dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya
kesalahan.
Ø Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori
ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
·
Teknologi untuk situasi yang
kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan
teknologis
·
Keseringan respon sukar diterapkan
pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian.
Disamping
itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak
didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan
menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa :
Operant Conditioning ialah suatu
teori yang mengunakan konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
dalam mengubah tingkah laku. Yang mana dalam pelaksanaannya ada pemberian
reward (hadiah) dan tidak adanya hukuman. Teori ini juga mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Alangkah baiknya jika penerapan teori ini tidak diterapkan
sepenuhnya, tetapi juga digabung dengan teori yang lainnya sehingga akan
tercipta suatu tujuan pendidikan yang diinginkan.
B. Saran
Memberikan hukuman kepada siswa
dapat berefek negatif pada segi emosi, misalnya rasa dendam, terkadang juga
menimbulkan sakit jasmani, menumbuhkan agresifitas. Ini memungkinkan berbuat
yang jauh lebih jelek lagi. Bila sesuatu aktifitas diberikan hukuman maka
tingkah laku tersebut akan selalu diberi hukuman, agar tetap konsekuen.
DAFTAR PUSTAKA
Dr, Aunurrahman, M.Pd. (2011). Belajar dan
pembelajaran. ALFABETA, CV : Bandung
Prof. Dr. Ratna Wilis Dahar, M.Sc. (2011). Teori-teori
belajar dan pembelajaran. Penerbit Erlangga
Ratna Yudhawati, S.Pd., M.Psi. dam Dany Haryanto, S.S.
(2011). Teori-teori dasar psikologi pendidikan. PT. Prestasi Pustakaraya :
Jakarta
No comments:
Post a Comment