Friday, October 7, 2016

Artikel Tentang Kurikulum 2013



ARTIKEL
KURIKULUM 2013
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran

index.jpg

Disusun oleh :

Rina Deswita Maharani                     (2227150115)







PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016



Dalam era globalisasi dan pasar bebas manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu. Ibarat nelayan di “lautan lepas” yang dapat menyesatkan jika tidak memiliki “kompas” sebagai pedoman untuk bertindak dan mengarunginya. Hal tersebut telah mengakibatkan hubungan yang tidak linear antara pendidikan dengan lapangan kerja karena apa yang terjadi dalam lapangan kerja sulit diikuti oleh dunia pendidikan, sehigga terjadi kesenjangan. Menanggapi hal tersebut pendidikan harus diletakkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning together) dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be). kultur yang demikian harus dikembangkan dalam pengembangan manusia, karena pada akhirnya aspek cultural dari kehidupan manusia lebih penting daripada pertumbuhan ekonomi.
 Zaman akan terus berubah dan berkembang, demikian halnya pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan menyesuaikan dengan keadaan zaman, serta berbagai persoalan yang dihadapinya. Perlu adanya perubahan maupun pergantian kurikulum di Indonesia tentu tidak terlepas dari persoalan perubahan zaman. Sebab, hakikat penyelenggaraan pendidikan adalah untuk menjadi solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan Negara. Dengan kata lain, melalui pendidikan perlu diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan sesuai standar nasional yang telah disepakati.
Kurikulum bukan hanya meliputi seluruh aktivitas yg direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang berlangsung di bawah pengawasan sekolah, selain kegiatan kurikuler yg formal juga kegiatan yg tidak formal. Dalam pengembangan kurikulum di Indonesia menggunakan salah satu pegangan yaitu prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Ralph Tyler (1949). Ia mengemukakan kurikulum ditentukan oleh empat faktor atau asas utama, yaitu:
1)      Falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru-guru (aspek filosofis)
2)      Harapan dan kebutuhan masyarakat (orang tua, kebudayaan masyarakat, pemerintah, agama, ekonomi, dan sebagainya) (aspek sosiologis)
3)      Hakikat anak antara lain taraf perkembangan fisik, mental, psikologis, emosional, social serta cara anak belajar (aspek psikologis)
4)      Hakikat pengetahuan atau disiplin ilmu (bahan pelajaran)

Bila kurikulum dipahami secara sederhana sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka arah pendidikan terdapat dalam tujuan pendidikan Indonesia. Tujuan pendidikan Indonesia dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 4 adalah “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung-jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.” Secara mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju,cakap,cerdas,kreatif,inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi social (tertib dan sadar hukum, kooperatif,demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia yang mandiri).
Setiap bagian dari tujuan pendidikan ini dicapai dengan cara menuangkannya dalam bentuk kurikulum. Misalnya, untuk mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan berbudi pekerti luhur dirancang mata pelajaran agama dan pendidikan Pancasila. Demikian juga untuk mewujudkan pengetahuan dan keterampilan, dirumuskan kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki peserta didik dalam setiap mata pelajaran.
Namun, rumusan kurikulum perlu dimengerti sebagai produk sosial. Sejak awal sekali dicanangkan, kurikulum melibatkan sejumlah interaksi sosial dengan berbagai pihak. Dalam memahami dan mengimplementasikannya pun, seharusnya melibatkan interaksi yang lebih intens. Apalagi, sebagus apa pun kurikulum dirumuskan, tak akan bermakna bila pada tahap implementasinya tidak bagus.

Indonesia mengalami 10 kali perubahan kurikulum dari tahun 1947-sekarang, kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yaitu:
1.      Kurikulum 1947
Bentuknya memuat 2 hal pokok:
a.       Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
b.      Garis-garis besar pengajaran.
2.      Kurikulum 1952
Bentuknya memuat 5 hal pokok berikut:
a.       Pendidikan pikiran harus dikurangi,
b.      Isi pelajaran harus dihubungkan dengan kesenian,
c.       Pendidikan watak,
d.      Pendidikan jasmani, dan
e.       Kewarganegaraan Masyarakat.
3.      Rencana Kurikulum 1964
Bentuknya memuat 5 hal pokok berikut:
a.       Manusia Indonesia berjiwa Pancasila,
b.      Man Power,
c.       Kepribadian Kebudayaan Nasional yang luhur,
d.      Ilmu dan teknologi yang tinggi, dan
e.       Pergerakan rakyat dan revolusi.
Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana.
4.      Kurikulum 1968
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
5.      Kurikulum 1975
Adapun ciri-ciri lebih lengkap kurikulum ini adalah sebagai berikut:
·         Berorientasi pada tujuan.
·         Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
·         Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
·         Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
·         Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
·         Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).




6.      Kurikulum 1984
Adapun ciri umum kurikulum ini adalah sebagai berikut:
·         Berorientasi kepada tujuan instruksional.
·         Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA).
·         Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.
·         Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
·         Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
7.      Kurikulum 1994
Adapun ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:
·         Sifat kurikulum objective based curriculum
·         Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
·         Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
·         Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
·         Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
8.      Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Depdiknas mengemukakan karakteristik KBK ialah sebagai berikut.
·         Menekankan pada ketercapaian komoetensi siswa baik secara individual maupun klasikal
·         Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
·         Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatann dan metode bervariasi
·         Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure edukatif
·         Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya poenguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
9.      Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, social budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggungjawab yang memadai. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan diilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36.
Guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolahnya. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
1.      Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
2.      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembilan keputusan bersama.
3.      Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
10.  Kurikulum 2013
      Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun kurikulum tingkat satuan pendidikan pada tahun 2006. Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter ialah kurikulum baru yg dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan & Kebudayaan RI untuk menukar Kurikulum Tingkat Unit Pendidikan. Kurikulum 2013 ialah satu buah kurikulum yg mengutamakan pemahaman, skill, & pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi & presentasi pula mempunyai sopan santun patuh aturan yg tinggi. Kurikulum ini menukar Kurikulum Tingkat Unit Pendidikan yg diterapkan sejak 2006 dulu. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruhnya peserta didik di satu unit pendidikan kepada tiap-tiap unit atau jenjang pendidikan.

Ada empat aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013:
·         Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44,46
·         Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.
·         Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial kepada siswa dan teman sejawat lainnya.
·         Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.
·         Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu ;ebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran.

Saat pemberlakuan kurikulum 2013 masih dalam wacana, kurikulum 2013 mendapat respon yang luar biasa dari berbagai kalangan. Kebanyakannya mempunyai kekhawatiran yang besar menurut mereka, tidak ada grand design dan arah pendidikan. Respons seperti ini memang bisa dimaklumi karena semua orang bebas berpendapat dan demokratis. Suka tidak suka mau tidak mau perubahan kurikulum sudah dilaksanakan dengan beberapa mekanisme yang telah dilakukan, tetapi bisa dibilang banyak sekali penolakan yang terjadi ketika membahas kurikulum 2013 banyak sekali kendala dan masalah yang dihadapi hal ini semata-mata karena beberapa faktor yang menjadi masalah besar dalam penerapan kurikulum 2013.
Sejak kurikulum ini mulai diuji-cobakan 15 Juli 2013 yang dilaksanakan pada sekolah piloting terhadap 6.236 sekolah di seluruhnya Indonesia. Sekolah yg sudah menggunakan Kurikulum 2013 berkisar 3,62% & sekolah yg belum melaksanakan Kurikulum 2013 ialah 96%. Tahun 2014 pemerintah serta mengaplikasikan kurikulum itu di tiap-tiap unit pendidikan di Indonesia, sejak mulai dari SD berjumlah 116.000, SMP berjumlah 35.000, hingga ke sekolah menengah atas (SMA/SMK/MA) yg lebih dari 16. 000 sekolah. Pembuatan Kurikulum 2013 terhadap sekolah piloting satu tahun berjalan masih memunculkan permasalahan.
Ada setidaknya 8 masalah yang dihadapi dalam penerapan kurikulum 2013 hal ini dikarena beberapa faktor sebagai berikut:
  1. Sulitnya mengubah mindset guru,
  2. Perubahan proses pembelajaran dari teacher centered ke student centered,
  3. Rendahnya moral spiritual, budaya membaca dan meneliti masih rendah.
  4. Kurangnya penguasaan IT Oleh Guru
  5. Lemahnya penguasaan bidang administrasi,
  6. Kecenderungan guru yang lebih banyak menekankan aspek kognitif. Padahal, semestinya guru juga harus memberikan porsi yang sama pada aspek afektif dan psikomotorik
  7. Masih banyak guru yang belum mau menjadi manusia pembelajar.
  8. Seorang guru dituntut untuk terus menambah pengetahuan dan memperluas wawasannya, terlebih setelah diberlakukannya kurikulum 2013.
Implementasi pendekatan saintifk Kurikulum 2013 sudah mengisyaratkan kemampuan itu lewat Permendiknas 81 A Tahun 2013. Guru yg tidak mau meng-upgrade diri akan ditinggalkan era atau era yg akan meninggalkan mereka. Pada zaman globalisasi ini fasilitas elektronik internet dijadikan guru sebagai fasilitas untuk mewarnai pembelajaran. Misalnya tentang materi ipa yang dapat diakses kapan saja oleh siswa melalui internet, atau guru memberikan tugas lewat email tanpa harus menggunakan kertas. Terbatasnya model pembelajaran, taktik, & metode pembelajaran guru dinyatakan pemicu lambatnya percepatan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah. Guru hebat dapat membelajarkan peserta didiknya.            Pengerjaan penilaian autentik dengan segala formatnya dirasa rumit maka menjadikan guru pasrah, namun tidak membuat guru menyerah tetap mencari format yg cocok. Akibatnya siswa "mabuk" bersama label Kurikulum 2013  menurut saya kurikulum 2013 cukup berat dari sisi pengajarannya dan yang pasti kurikulum 2013 jam pelajarannya lebih padat dari  kurikulum yang sebelumnya yaitu KTSP. Karena, disini murid juga dituntut untuk belajar lebih keras lagi, padahal setiap pola pikir atau daya tangkap masing-masing siswa berbeda, pastinya hasil dari pengajaran tersebut tidak akan maksimal. perubahan kurikulum ini terlalu mendadak, bagaimana tidak baru saja beberapa tahun lalu ganti kurikulum, sekarang sudah ganti lagi. dan dalam perubahan kurikulum ini selain membuat bingung guru dan siswa yang mana metode dan materi belajar akan banyak berubah, pemerintah harus mengeluarkan dana cukup banyak untuk mencetak buku sesuai kurikulum baru.
Elemen guru konsisten dijadikan sorotan penting dalam menerapkan kurikulum ini. Mereka ingin menjadi orang hebat, sedangkan model pembelajaran guru untuk menerapkan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 masihlah belum kokoh bagi guru. peserta didik menunggu penyempurnaan pembelajaran dari pemerintah. Inovatif guru sangat dinanti. Model pembelajaran yg menyenangkan amat sangat mereka tunggu. Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tegas menyebutkan esensi perubahan Kurikulum 2013 berkenaan standar kompetensi lulusan (SKL) yg bermuara terhadap kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, & keterampilan. Pendekatan awal pengamatan dapat dilakukan peserta didik dengan melihat, membaca, mendengar/menyimak.

Kejar Target Harus diakui, pelaksanaan kurikulum di negeri ini seringkali kontraproduktif. Di satu sisi, kurikulum harus dicapai dan bahkan dikejar sebagaimana ditargetkan pemerintah. Maka terjadilah kejar target kurikulum dan belajar yang berientasi ujian (examination-oriented). Namun di sisi lain, sangat kurang diberikan waktu yang memadai kepada guru-guru dan semua komunitas sekolah untuk berinteraksi secara rutin dalam rangka memahami kurikulum dan permasalahan dalam pelaksanaannya.
Untuk mengantisipasi ketidakjelasan dalam pelaksanaan kurikulum, para guru dan pihak yang dilibatkan dalam implementasi kurikulum diberikan waktu yang memadai dan fasilitas yang cukup untuk berinteraksi sesama mereka dan dengan para pembuat kebijakan.  Interaksi ini perlu dilakukan hingga tercipta rasa yakin (belief) di hati mereka tentang kebaikan kurikulum tersebut, dibandingkan kurikulum sebelumnya. Apalagi banyak penelitian di berbagai negara tentang ketidak berhasilan reformasi kurikulum akibat belum terwujudnya keyakinan guru.
Pasalnya, menurut sejumlah peneliti reformasi pendidikan, antara lain Sargent (2012) dari University of Pennsylvania, keyakinan guru merupakan prasyarat penting untuk keberhasilan pelaksanaan kurikulum di kelas dan reformasi kurikulum secara keseluruhan.
Pengalaman ini penting dipikirkan untuk pendidikan kita. Apalagi guru di Indonesia sangat beragam, mulai dari guru PNS, honor, bakti, dan lain-lain. Seringkali, tak semua guru itu ditatar atau mendapat perhatian yang sama. Yang diundang ke tempat pelatihan seringkali hanya satu dua utusan dari sekolah atau gugus.  Sedangkan yang lain harus mencari sendiri pengetahuan tentang kurikulum tersebut. Akibatnya, tak jarang sebahagian guru belum sempat memahami dan menerapkan dengan benar kurikulum lama, kurikulum baru sudah diperkenalkan.
Padahal, kurikulum yang dirubah itu bukan mengganti semuanya, tetapi lebih pada penyempurnaan pada bagian-bagian tertentu. Seperti Kurikulum Berbasiskan Kompetensi (KBK) yang dilaksanakan tahun 2004, yang kemudian diganti dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada 2006, dan selanjutnya dirubah menjadi Kurikulum 2013. Kalau dicermati ketiganya, sangat banyak persamaannya, terutama tekanannya pada penguasaan kompetensi dan pengaktifan siswa semaksimal mungkin dalam belajar.
Seperti pada Kurikulum 2013, terjadi perubahan pada jumlah mata pelajaran dan bertambah jam pelajaran yang dianggap menimbulkan masalah. Untuk SD, hanya akan ada mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, Olahraga, dan Seni. Sedangkan untuk SMP, akan tersisa 10 mata pelajaran, yaitu Pendidikan Agama, Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, IPA, IPS, Olahraga, Seni Budaya, serta Prakarya.
Sejumlah mata pelajaran sudah diintegrasikan, sehingga guru-guru diharapkan mampu mengajar secara tematis. Misalnya, dalam mengajar tentang suatu tema, guru perlu mengintegrasikan materi yang berkenaan tentang Ilmu Alam dan Ilmu Sosial.

Masalah Bagi Guru  Di satu sisi, bila dilaksanakan dengan baik, kurikulum baru ini memiliki kebaikan bagi perkembangan pendidikan para peserta didik.  Alasannya, mereka akan memiliki banyak waktu untuk belajar dan berpeluang menguasai suatu kompetensi secara komprehensif. Namun di sisi lain, akan menimbulkan masalah bagi guru-guru, terutama yang tidak mampu mengajar secara tematis. Guru-guru juga perlu bekerja ekstra untuk merombak silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Makanya sangat relevan kata Anies Baswedan bahwa sia-sia mengubah kurikulum bila tidak meningkatkan kualitas gurunya (Kompas, 14/12/2012).
Memang kurikulum sifatnya tak akan pernah sempurna. Kurikulum harus dinamis atau memerlukan perubahan. Pasalnya, dunia terus berkembang, sehingga dalam proses mencerdaskan bangsa, membutuhkan penyempurnaan kurikulum secara terus-menerus. Jadi, proses mencerdaskan bangsa perlu diubah dan ditingkatkan perlahan.
Dengan demikian, perubahan kurikulum di Indonesia menjadi Kurikulum 2013 bukan suatu yang tak wajar. Lebih-lebih bila perubahan tersebut dilakukan karena adanya kebutuhan, yang disimpulkan berdasarkan kajian mendalam dengan melibatkan berbagai pakar pendidikan dan yang berkaitan.
Permendikbud No. 66 Th 2013 yg berisi berkaitan standar penilaian menuntut adanya format yg harus disiapkan guru. Sementara orang tua peserta didik saat menerima rapor tidak paham atau tidak mengerti sepenuhnya dengan nilai rapor anaknya. Tidak hanya tuntutan aturan, guru tidak mampu memberikan argumen kepada orang tua peserta didik yg menanyakan argumen sekolah mengkonversi nilai dari puluhan hingga 100 sampai diubah jadi nilai A, B, C, & D. Di sini peran guru memfungsikan kelas sebagai miniatur kehidupan nyata memakai berbagai sumber fasilitas cetak, elektronik, internet, & teknologi di sekolah. Guru profesional semestinya mempunyai kapasitas yg memadai untuk melaksanakan pekerjaan membimbing, mendidik, & mengarahkan kemampuan maksimal peserta didik belum terbiasa dengan tehnologi & memanfaatkan beraneka penerapan tehnologi. Peran guru amat sangat utama & strategis, terutama dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat, & alat terhadap peserta didik.
Di balik kelemahan-kelemahan dari kurikulum 2013 terdapat juga keunggulan pada kurikulum 2013, yaitu sebagai berikut:
1.      Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.
  1. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.
  2. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.
  3. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
  4. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
  5. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan.
  6. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
  7. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
  8. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
  9. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
  10. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.
  11. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (buku induk)
  12. Guru berperan sebagai fasilitator
  13. Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
  14. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku sudah disiapkan dari pusat
  15. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi dan supervise dari daerah
  16. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran yang lebih bervariasi
  17. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
  18. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.
Seharusnya kita semua belajar dari Negara finlandia yang memiliki mutu Pendidikan terbaik dunia, ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru. Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran. Para siswa telah dilatih (didorong) untuk bekerja secara independen dengan berusaha untuk mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Untuk menjadikan suasana sekolah sangat santai dan fleksibel, para Guru berusaha menekan dan meminimalisir semua hal yang berbau ‘perintah‘ (komando) agar para siswa tidak merasa tertekan hingga terciptalah suasana belajar yang menyenangkan.
Tidak mengatakan “Kamu Salah” pada siswa serta menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa agar siswa bisa terhindar dari “rasa malu“, karena hal tersebut akan menghambat mereka dalam belajar. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Sebuah metode mengajar yang patut dicontoh oleh para Guru di Indonesia saat ini. Jika dibuat urutan posisi 5 besar saat ini maka negara-negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia saat ini adalah sebagai berikut:
1.      Finlandia
2.      Korean Selatan
3.      Hongkong
4.      Jepang
5.      Singapura
Jika Indonesia mampu mengikuti kunci suksesnya negara tersebut sehingga kita menjadi negara maju dan rupiah pun menjadi naik. Apalagi SDM Indonesia yang berkualitas nanti dapat menjadikan aset Negara Indonesia, Indonesia bisa ikut serta dalam globalisasi dunia yang semakin canggih ini.
Penguasaan kepada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memang harus diiringi pemahaman etika. Sikap yang baik sanggup melahirkan siswa yang mampu memanfaatkan tehnologi untuk kemajuan dirinya. Dengan begitu, peserta didik akan dapat mengembangkan kapasitas diri mereka sampai menjadi pribadi yang kuat, ulet, kreatif, patuh aturan, & berprestasi, maka tidak menjadi korban & tertindas oleh era. Peran pendidikan benar benar mutlak untuk meningkatkan harkat & wibawa sebuah penduduk & bangsa. Lewat Kurikulum 2013 bangsa mampu kuat & mempunyai kapabilitas beradu dengan bangsa lain. Kurikulum 2013 menghendaki karakteristik penduduk kepada abad 21 mampu menghadapi tantangan lewat pembelajaran. Di sini nyali guru akan diuji dalam menyambut tantangan. Guru yg profesional akan membelajarkan siswa untuk mempunyai ilmu wawasan, teknologi, berprestasi, & beretika.
Orang tua peserta didik diharapkan berperan dengan komite untuk menopang percepatan & kecepatan kemajuan pendidikan. Kurikulum 2013 serasi yg digembar-gemborkan sebelumnya, di harapkan akan memberikan angan-angan baru dalam mewujudkan pendidikan Indonesia yg maju, mandiri, & sanggup berdiri tegak di hadapan bangsa-bangsa yang lain. Saya sebagai warga Negara Indonesia berharap kurikulum 2013 ini berhasil walau memang prosesnya itu tidak mudah dan tetap sebagai warga negara yang baik, apapun itu tetap harus mendukung, mentaati, dan menjalankannya.


















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jumal 2014. Perihal Keunggulan Dan Kelemahan Kurikulum 2013 diakses pada       tanggal 19-september-2016

Fadillah, M 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, & SMA/MA. Depok: AR-RUZZ MEDIA

Hartanto, Anton 2015. Rahasia Kehebatan Pendidikan Finlandia diakses pada tanggal 19-september-2016

Ilham, D 2013. 10 Kurikulum Yang Pernah Berlaku Di Indonesia diakses pada tanggal 19-september-2016

Mulyasa, E (2002).Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Mulyasa, E (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Nasution, S (2006). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

No comments:

Post a Comment