Saturday, February 6, 2016

Demi Eksistensi di Medsos, Kebun Bunga Amaryllis Hancur

27112015 Bunga lily gunung kidul

Beberapa hari ini netizen dan traveller dihebohkan dengan kebun bunga Amaryllis di Gunung Kidul. Bunga ini bermekaran sangat indah hingga mengundang banyak wisatawan. Tapi sangat disayangkan, bunga yang mekar hanya satu tahun sekali ini hanya membutuhkan beberapa hari saja untuk hancur sama sekali.

Tanaman ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Brambang Procot, tanaman ini menjadi magnet baru berupa taman bunga ala Eropa. Bunga bunga bermekaran dengan sangat cantik dan indahnya, paling tidak memang benar benar indah sebelum taman ini diserbu ribuan pengunjung yang dengan noraknya menginjak injak taman bunga hanya untuk selfie.

Ternyata Taman Bunga Ini Milik Pribadi


Yang tidak disangka sangka orang, ternyata sebenarnya taman bunga ini adalah milik pribadi yang bernama Bapak Sukardi. Para pengunjung datang tanpa permisi telebih dahulu dan berselfie ria tanpa pernah sempat terpikir sebelumnya untuk mengatakan permisi, tidak perduli kalau sebenarnya mereka masuk ke halaman rumah orang.

Pak Sukardi pada tahun 2006 mulai membudidayakan Brambang Procot atau yang sekarang lebih terkenal dengan nama bunga Amarylis. Bunga yang indah ini awalnya dianggap pengganggu karena mengurangi nutrisi tanaman milik para petani, hingga membuat gagal panen.


Bunga yang awalnya ditanam di tegalan depan rumahnya perlahan mulai meluas dan puncaknya adalah hari selasa kemarin (24/11) dengan keindahan yang sangat luar biasa menghipnotis ribuan orang. Foto foto taman bunga ini tersebar luas di media sosial dan membuat banyak orang terik untuk mendatangi tempat ini.

Selfie bodoh menghancurkan taman bunga ini



Efek berantai dari berbagai foto di media sosial ini membuat orang datang berkunjung ke tempat ini. Jumat kemarin (26/11) sebanyak 1,500 orang datang ke tempat ini dan melakukan beragam kebodohan yang menyebabkan keindahan tempat ini sirna seketika.

Salah seorang netizen bahkan dengan berani mengatakan

“Gue foto disini, masalah? bodo amat, suka suka gue dong
Ngurus hidup sendiri aja belum tentu bisa, sok ngurus bunga yang layu di kebun.”

Mengapa dikatakan kebodohan? Mereka melakukan selfie di tengah tengah taman bunga, padahal sudah jelas jelas ada peringatan akan larangan menginjak bunga. Sepertinya papan larangan ini hanya sekedar hiasan bagi mereka.



Para pengunjung ini datang berdesakan, menginjak, menindih, merusak tampa ampun baik mereka sengaja ataupun tidak sengaja demi sebuah foto selfie cantik yang menandakan kalau mereka pernah kesini. Apakah ini perilaku orang yang berbudaya?


Pak Sukardi tidak berdaya untuk mencegah semuanya. Apakah mereka tidak bisa membayangkan bagaimana upaya dan kerja keras Pak Sukardi untuk membudidayakan tanaman Amarylis ini hingga menjadi sebanyak itu? Ia hanya bisa pasrah melihat kebunnya terkoyak koyak dan hancur. Para pengunjung itu sepertinya lebih peduli akan selfie cantik mereka daripada bunga bunga yang cantik itu.

Hati dan jiwa besar Pak Sukardi



Tapi Pak Sukardi dengan luar biasa masih meminta maaf melalui pengeras suara kalau panorama nya sudah tidak seindah beberapa hari yang lalu.

Benar benar mengejutkan dan diluar dugaan, walaupun hatinya menangis melihat kebun halaman rumahnya hancur berantakan, ia masih menghargai tamunya. Pertanyaannya bagaimana empati dari pihak pengunjung?


Pak Sukardi tidak menyalahkan siapapun, karena memang ia sama sekali tidak menduga hal ini sebelumnya, ia tidak mendesain kebun ini sebagai tempat wisata jadi akses dan kelengkapan memang tidak memadai. Ia hanya menanam dan membudidayakan bunga Amarylis ini karena ia mencintai keindahan dan panorama bunga ini.

Ia tidak siap dengan wisatawan dadakan yang mencapai ribuan.

Ia tidak mengharapkan apapun dari kejadian ini, ia hanya berharap ada kepedulian untuk perawatan kebunnya ini dengan meletakkan sebuah kotak sumbangan sukarela di depan pintu masuk. Tapi apa yang terjadi?


Padahal bunga-bunga indah tersebut hanya mekar setahun sekali, di awal musim hujan. Ketika mekar mereka akan bertahan selama ± 10 hari saja. Orang orang cuek dan tanpa dosa masuk begitu saja ke tempat itu, tidak memikirkan betapa susahnya Pak Sukardi merawat kebun bunga ini. Sekarang Pak Sukadi berencana mengembangkan kebunnya menjadi salah satu destinasi wisata Gunungkidul yang memang sedang jadi primadona.

No comments:

Post a Comment