Gunung Lawu merupakan gunung tertinggi ke lima di Indonesia. tempat yang disakralkan masyarakat pada setiap malam satu Syura ini pun ternyata memiliki banyak cerita mistis dibalik keindahannya.
Sebelum mencapai puncak gunung, ada lapangan bernama Bulak Peperangan. Konon disana merupakan tempat peperangan kerajaan Majapahit pimpinan Brawijaya V dengan kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah.
Menurut cerita yang beredar, jika suatu malam berkemah di Bulak Peperangan, orang-orang yang berkemah bisa mendengarkan suara pertempuran. Lalu sepanjang perjalanan itu juga banyak ditemukan tempat-tempat unik seperti Pasar Dieng yang merupakan batu-batu yang banyak menyerupai pasar. Warga biasa menyebutnya dengan Pasar Setan.
“Saat malam dan berkabut suasananya seperti setan, terdengar suara-suara dan lapak-lapak yang seperti orang jual beli,”
Menurut kemanan yang ada, pendaki tidak disarankan lewat pasar setan malam hari karena jalurnya sedikit menyesatkan dengan rambu yang tidak jelas. Bahkan pendaki disarankan untuk memperhatikan beberapa tanda dan membuat jejak di pasar setan agar tidak tersesat.
Gunung Lawu via viva.co.id
Meski jalur pendakian sudah terbentuk untuk memudahkan pendaki, tapi peziarah maupun pendaki disarankan agar tetap memperhatikan aturan-aturan atau pantangan yang berlaku selama pendakian.
“Pantangannya antara lain tidak boleh bicara kotor selama dalam perjalanan dan dilarang mengeluh, apapun kondisinya. Jika sudah capek lebih baik istirahat saja, jangan malah mengeluh,”
Selain pantangan lisan, pendaki juga memiliki pantangan berpakaian. Seperti tidak boleh memakai ikat kepala warna hitam dengan hiasan batik melati dan tidak boleh memakai kain sutra berwarna hijau muda.
Selanjutnya pendaki juga akan menjumpai Sendang Derajat yang kerap dirituali komunitas tertentu. Biasanya, pendaki akan mengisi ulang botol mereka. Di dekat sendang, terdapat beberapa bilik setinggi dada orang dewasa yang terbuat dari bata bersemen. Di tempat itu para pendaki bahkah peziarah mengguyurkan air yang mereka ambil dari sendang untuk ritual mandi.
Konon air tersebut memiliki manfaat rezeki, keberkahan, jodoh, pangkat dan drajat. Tak heran jika sendang ini disebut Sendang Drajat.
Konon dahulunya, mata air suci ini adalah tempat pemandian Raja Brawijaya V yang menurut kepercayaan apabila para pengunjung mempunyai cita-cita atau niat tertentu dapat terkabul apabila mandi di sendang ini.
Selanjutnya ada Sumur Jalatunda yang merupakan sebuah gua vertical sedalam lima meter yang biasa dipakai untuk bertapa. Konon, gua ini dipercaya sebagai tempat Raja Brawijaya V menerima wangsit dalam perjalanan naik ke Puncak Lawu.
Lalu tempat yang memiliki suasana mistis yang paling kuat adalah Hargo Dalem yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan Raja Brawijaya V yang memiliki tempat khusus untuk berdoa atau moksa.
Dan tujuan akhir para pendaki adalah Hargo Dumilah. Puncak tertinggi Gunung Lawu (3625m dpl) puncak ini juga diyakini sebagai tahta Raja Brawijaya V.
No comments:
Post a Comment