BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Manusia dimanapun dan
kapanpun menyelenggarakan usaha pendidikan.Tidak hanya itu,manusia terutama
para ahlinya juga memikirkan berbagai hal yang menyangkut usaha pendidikan itu
sehingga terungkaplah pemikiran-pemikiran tentang factor-faktor yang mendasari
perkembangan manusia (individu) dalam kaitannya dengan usaha pendidikan serta
dasar-dasar penyelenggaraan pendidikan yang lebih praktis dan metodologis. Di
Indonesia, penyelenggaraan dan pemikiran tentang pola pendidikan tertentu telah
dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan, karenanya banyak teori yang dikemukakan
para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan.Adapun
Aliran-aliran pendidikan itu terdiri dari aliran Konvensional dan Aliran baru
yang kini sedang berkembang.
Di Indonesia,
penyelenggaraan dan pemikiran tentang pola pendidikan tertentu telah
dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan. Penyelenggaraan dan pemikiran tentang pendidikan ini banyak yang secara
langsung menerima pengaruh dari pemikiran-pemikiran tersebut diatas, khususnya
pemikiran yang “baru dan maju” dari luar
negeri. Setelah kemerdekaan bangsa
Indonesia terus menerus mengusahakan sistem pendidikan atas dasar Pancasila.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah aliran-aliran pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan aliran-aliran pendidikan ?
2. Apa
saja aliran-aliran pendidikan ?
3. Bagaimana
perbandingan antara aliran pendidikan di zaman dulu dan di zaman modern seperti
sekarang ini ?
A.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Aliran Pendidikan
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang
membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung
seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul
pemikiran yang baru dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu
dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-alira itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis
aturan-aturan pendidikan.
Gagasan dan pelaksanaan selalu
dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini
maupun dimasa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang
membawapembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan.Seperti bidang-bidang lainya, pemikiran –pemikiran dalam
pendidikan itu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yakni
pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir-pemikir
berikutnya, dan karena dialog tersebut akan melhirkan lagi pemikiran-pemikiran
baru dan demikian seterusnya.
Dalam dunia pendidikan setidaknya terdapat 3 macam aliran pendidikan, yaitu
aliaran klasik, aliran modern dan aliran pendidikan pokok di Indonesia.
B.
Macam-Macam Aliran Pendidikan
1.
Aliran klasik dalam pendidikan
Aliran ini
merupakan pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman
Yunani kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya
berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Aliran-aliran klasik
meliputi aliran, nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi merupakan
benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikran poendidikan masa lalu, kini,
dan mungkin yang akan datang.
a. Empirisme
Aliran empirisme adalah aliran yang
berpendapat bahwa semua pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan hasil dari
pengalaman manusia. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang bukanlah bawaan sejak lahir atau bukan merupakan faktor
keturunan.Aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan,
keterampilan dan sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman
(empiris) nyata melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan
dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang
didapatkan secara langsung (Joseph, 2006). Jadi segala kecakapan dan
pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan
pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga
dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak
didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.
b.
Nativisme
Nativisme (aliran pembawaan) adalah
aliran yang berpendapat bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh bawaan
sejak ia dilahirkan. Dalam aliran nativisme faktor lingkungan dianggap kurang
memberi pengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Seseorang akan
menjadi ahli lukis, agama, dan lain-lain itu semua semata-mata karena
pembawaan.
Aliran ini
menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan
sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata
melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya
maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara
langsung (Joseph, 2006). Jadi segala kecakapan dan pengetahuanya tergantung,
terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari
lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga dapat dikatakan
lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak didik. Bahwa hanya
lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.
c.
Konvergensi
Konvergensi merupakan aliran pendidikan yang
berpendapat bahwa kepribadian manusia tergantung pada pendidikan, pembawaan,
dan lingkungan.
Faktor
pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat
penting, keduanya tidak dapat dipisahkan sebagaiman teori nativisme teori ini
juga mengakui bahwa pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi
pembaeaan baik dan pembawaan buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir
tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang
sesuai dengan pembawaan tersebut.
Dari
beberapa uraian diatas, teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan kenyataan
adalah teori konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor
lingkungann atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan
semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.
d.
Aliran Naturalisme.
Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme
bahkan kadang-kadang disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu.
Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki
pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan
pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan
alami, bukan lingkungan yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan
diartikan sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti
mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak
kearah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan
anak. Tetapi jika pendidikan diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan
pembawaan dengan lingkungan yang tidak dibuat-buat (alami) maka pendidikan yang
dimaksud terakhir ini berpengaruh positif terhadap perkembangan anak.
2. Aliran
pendidikan modern di Indonesia
Menurut
Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia
adalah sebagai berikut:
a.
Progresivisme
Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan
pelajaran (subject-centered).
- Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
- Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik (experience curriculum).
- Metode pendidikan Progresivisme antara lain:
a)
Metode belajar aktif.
b)
Metode memonitor kegiatan belajar.
c)
Metode penelitian ilmiah
b. Esensialisme
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan
pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang
tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang
tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang
terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah
selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang
telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan
mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
- Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang.
- Metode pendidikan:
1. Pendidikan
berpusat pada guru (teacher centered).
2. Peserta
didik dipaksa untuk belajar
3. Latihan
mental
- Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan sastra.
c.
Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme
memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang
berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya
pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di
masyarakat
- Tujuan pendidikan sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
- Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yng termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.
d.
Perennialisme
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang
mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan
hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan
nilai-nilai tersebut. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan
filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat
berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat
dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah
modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan.
- Tujuan pendidikan diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
- Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan sejarah.
e.
Idealisme
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat
yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan
bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita
melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta
menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi
manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai
ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai
alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.
- Tujuan Pendidikan
Agar anak
didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki
kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan
berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu
lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi
kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam
spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain.
Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang
satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling
penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
·
Kurikulum
Kurikulum
yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada
pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa
aktual.
Gerakan-Gerakan Baru dalam Pedidikan dibagi menjadi 4
yaitu:
- Pembelajaran Alam Sekitar
Dasar pemikiran yang terkandung di dalam pengajaran
alam sekitar adalah peserta didik akan mendapat kecakapan dan kesanggupan baru
dalam menghadapi dunia kenyataan. Penjelajahan seseorang dalam menemukan
hal-hal baru, baik untuk pengetahuan, olah raga, maupun rekreasi menjadikan
program pendidikan alam sekitar dipandang sangat penting. Melalui penjelajahan
yang dilakukan, maka sekarang peserta didik, akan menghayati secara langsung
tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta
merta memanfaatkan waktu senggangnya. Pendidikan alam sekitar ini mudah
dilaksanakan di segala jenjang pendidikan. Konsekuensinya, dalam persiapan
perlu dipikirkan tentang biaya ketika akan diadakan penjelajahan seperti halnya
biaya transportasi, biaya hidup selama penjelajahan, penginapan dan sebagainya.
2.
Pengajaran
Pusat Perhatian (Centres D’interet)
Penemuan
adalah Ovide Decroly (1871-1923), seorang dokter perancis mendirikan yayasan
untuk anak-anak abnormal yang bertempat dirumahnya pada tahun1901. pada
tahun1907 metodenya diterapkan pada anak-anak normal. Pengajaran disusun
menurut pusat perhatian anak, yang dinamai centres d’interet. Decroly mencari
dan menyelidiki naluri anak dalam pertumbuhannya (secara intrinsik). Naluri
yang perlu didapatkan adalah naluri untuk mempertahankan diri,untuk makan,
bermain dan bekerja, dari meniru. Berangkat dari naluri tersebut selanjutnya
disusun pusat perhatian seperti: untuk makan, untuk berlindung, mempertahankan
diri terhadap musuh, dan untuk bekerja. Yang menarik pada pendidikan/
pengajaran Decroly yaitu bahwa anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan
dilayani.
3.
Sekolah
Kerja
George
Kerschensteiner (1854-1932) menulis karangan tentang arbeitsshule. Ia seorang
guru ilmu pasti yang diangkat sebagai inspektur di Munchen. Pada tahun 1898 ia
mengembangkan cita-cita pendidikan, bagi kerschensteiner, tujuan hidup manusia
yang tertinggi adalah mengabdi kepada negara. Berhubungan dengan itu kewajiban
sekolah yang terpenting ialah menyiapkan peserta didik untuk sesuatu pekerjaan.
Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa
mendatang. Melalui bekerja, manusia menuju ke lingkungan kebudayaan
masyarakatnya. Peserta didik bekerja berkelompok sesuai dengan bagian
masing-masing, sehingga menimbulkan tanggung jawab.
4.
Pengajaran
Proyek
Proyek
pengajaran berarti kegiatan, sedangkan belajar mengandung arti kesempatan untuk
memilih, merancang, berlatih, memimpin dan sebagainya. Dalam hal ini penting
ialah bahwa peserta didik telah aktif memecahkan persoalan, maka wataknya akan
terbentuk. Demikian konsep pemikiran WH Kilpatrick di dalam pengajaran proyek.
3. Dua
aliran Pokok Pedidikan di Indonesia
a)
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Pada zaman
pemerintahan Hindia Belanda, ada salah seorang putera Indonesia yang bernama
Raden mas Soewardi Soerjaningrat. Ia gemar menulis dengan menggunakan bahasa
Belanda yang halus dan mengandung sindiran terhadap pemerintah Belanda,
tulisannya bejudul “Alks ik een Nederlander was” yang artinya Andai saja saya
seorang Belanda. Dari tulisannya yang dianggap tajam oleh pemerintah Belanda
inilah ia dibuang di Negeri Belanda.
Ketika
berada di tempat pembuangan beliau merasa bebas dalam menyatakan
pendapat-pendapatnya, sedang di tanah air sendiri yang dikuasai oleh pemerintah
penjajah Belanda justru kebebasannya terganggu. Dari kecintaannya terhadap
pendidikan yang sekaligus merupakan perwujudan dari cita-citanya, maka pacta
tanggal 3 juli 1922 di Yogyakarta didirikanlah suatu taman kanak-kanak yang
diberi nama Taman Indriya. Kemudian berkembang lagi dan semakin luas hingga
seluruh lembaganya diberi nama perguruan Kebangsaan Taman Siswa.
Pada jaman
penjajahan Belanda, Taman Siswa bersikap “noncooperative” dan menolak pemberian
subsidi. Di dalam melaksanakan konsep pendidikannya Taman Siswa memiliki
asas-asas sebagai berikut:
Ø Asas merdeka
untuk mengatur dirinya sendiri. Hendaknya setiap peserta didik dapat berkembang
menurut kodrat dan bakatnya,namun mereka dididik dengan sistem among atau tut
wuri handayani.
Ø Asas Kebudayaan
yang dalam hal ini kebudayaan Indonesia sendiri.
Asas kerakyatan, pendidikan dan pengajaran harus diberikan kepada seluruh rakyat.
Asas kerakyatan, pendidikan dan pengajaran harus diberikan kepada seluruh rakyat.
Ø Asas
kekuatan sendiri (berdikari). Dengan demikian segala pembelanjaan ditutup
dengan uang pendapatan sendiri.
Ø Asas
berhamba kepada anak.
Pada saat
Indonesia merdeka pada tahun 1945, dan dua tahun berikutnya berhasil disusun
dasar-dasar Taman Siswa yang dikenal dengan Panca Darma. Kelima dasar yang
dimaksud adalah:
·
Kemanusiaan
Harus ada cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap seluruh makhluk Allah SWT.
Harus ada cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap seluruh makhluk Allah SWT.
·
Kodrat Hidup
Termasuk Kodrat hidup adalah pembawaan.
·
Kebangsaan
Tidak boleh bersifat chauvinistic ( menyombongkan kehebatan bangsa sendiri) dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum manusia.
Tidak boleh bersifat chauvinistic ( menyombongkan kehebatan bangsa sendiri) dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum manusia.
·
Kebudayaan
Kebudayaan nasional harus dipelihara. Pendidik harus mengajak peserta didik meresapi jiwa bangsa yang terwujud dalam kebudayaannya.
Kebudayaan nasional harus dipelihara. Pendidik harus mengajak peserta didik meresapi jiwa bangsa yang terwujud dalam kebudayaannya.
·
Kemerdekaan Kebebasan
Ki Hajar Dewantara juga menentukan
semboyan bagi kaum pendidik, antara lain: ing ngarso sung tulodho, artinya jika
pendidik berada di muka dia berkewajiban memberi teladan kepada para peserta
didiknya. Ing madya mangun karso artinya: jika di tengah membangun semangat,
berswakarya, dan berkreasi pada peserta didik. Tut wuri handayani artinya jika
di belakang pendidik mengikuti dan mengarahkan peserta didik agar berani
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
b) Ruang Pedidikan INS di Kayutanam
Sebuah
sekolah lain timbul sebagai reaksi terhadap sekolah-sekolah pemerintah Hindia
Belanda yaitu INS ( Indonesiche Nederlansce School) di kayutanam, yaitu suatu
kota kecil di dekat padang panjang Sumatera Barat. Sekolah ini mempunyai
rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan rancangan
kerschensteiner dengan arbeitsschulenya.
M. Syafei dengan sekolahnya ingin membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang berani tegak sendiri, berusaha sendiri, hidup bebas dan tidak tergantung buat seumur hidupnya pada pemerintah sebagai pegawainya.
M. Syafei dengan sekolahnya ingin membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang berani tegak sendiri, berusaha sendiri, hidup bebas dan tidak tergantung buat seumur hidupnya pada pemerintah sebagai pegawainya.
Adapun dasar
pemikiran INS adalah:
Ø Percaya dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ø Menentang
intelektualisme,aktif, giat dan punya daya cipta serta dinamis.
Ø Memperhatikan
bakat dan lingkungan siswa.
Ø Berpikir
secara rasional, bukan secara mistik.
Perlu juga diketahui bahwa ruang
pedidikan INS terdiri atas empat tingkatan yaitu:
Ø Ruang rendah Sekolah Dasar 7 tahun.
Ø Ruang antara
tahun (sambungan ruang rendah). Siswa tamatan HIS atau Schakel tidak langsung
dapat diterima pada ruang dewasa, tetapi harus masuk ruang antara lebih dahulu.
Ø Ruang dewasa
4 tahun (sambungan ruang antara atau ruang tengah).
Ø Ruang
masyarakat 1 tahun
Pada semua
tingkatan ruang, diberikan 50% mata pelajaran umum dan 50% pelajaran kejuruan
(Zahara Idris 1984:21). Menurut S Purbakawatja (1970:212) M. Syafei menunjukan
sifatnya sebagai pendidik yang secara demokratis ingin memberi kesempatan
kepada anak tumbuh dan berkembang menurut garis masing-masing.
Sistem ini
tidak mendapat tanggapan yang diharapkan dari daerah lain karena terlalu banyak
menuntut pengorbanan dari pendidiknya. Mereka harus berani hidup sangat sederhana
dan mungkin dalam kekurangan. Keuntungan dari pendidikannya hanya dirasakan
secara perorangan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
sejarah pendidikan dapat dijumpai berbagai aliran pendidikan yang didasarkan
pada konsepsi yang berbeda-beda.Konsepsi dan aliran ini di golongkan sebagai
konvensional atau baru serta tradisional atau maju. Di Indonesia menurut
sejarahnya, ada beberapa konsensi pendidikan yang memiliki cirri yang
berbeda-beda , dan didasarkan atas Sistem Pendidikan Nasional Pancasila.
1.
Aliran
konvensional dalam pendidikan , antara lain aliran Empirisme, nativisme,
naturalism, konvergensi, telah sejak lama tumbuh di Eropa. Konsepsi aliran ini
lebih menekankan pada factor-faktor yang mendasari perkembangan anak dan factor-faktor
inilah yang dijadikan dasar pertimbangan perlu atau tidak perlunya usaha
pendidikan.
2.
Aliran baru
dalam pendidikan tidak lagi lagi mempersoalkan perlu atau tidak perlunya
pendidikan melainkan lebih mengutamakan penyelenggaraaanusaha pendidikan untuk
perkembangan anak sebesar-besarnya. Di Eropa berkembang antara lain aliran
pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, dan sekolah kerja
3.
Berbagai aliran
pendidikan yang berkembang di Amerika Serikat seperti Perenialisme,
progesivisme, esensialisme, rekonstruksionalisme.
4.
Taman Siswa dan
Ins adalah penyelenggaraan sistem pendidikan yang berdasarkan semangat kemerdekaan kebangsaan di tanah air sejak
sebelum kemerdekaan.
B. Saran
Demikian
makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan
semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja,
Umar. 2000. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Omar M. al-Toumy al-Syaibani. 1979. Falsafah
Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Purwanto, M. Ngalim. 1988. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Al-Ghazali. 1994. Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia. Bandung : Kharisma.
No comments:
Post a Comment