BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belajar adalah sebuah proses
perubahan tingkah laku individu, belajar merupakan hal yang sangat penting dan
harus dijalani oleh setiap manusia, dengan pendidikan sesorang biasa membedakan
mana yang baik dan buruk serta pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan pendidikan juga
seseorang bisa merumuskan tujuan hidup.
Belajar yang di lakukan oleh masing-masing
Individu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar
tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di
kategorikan dalam gaya belajar seseorang.
Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya
adalah teori belajar Kontiguitas. Teori belajar Kontiguitas merupakan salah
satu hukum belajar yang dicetuskan oleh Edwin Ray Guthrie, yang menyatakan
bahwa ketika satu pola stimuli dialami bersama dengan satu respons, keduannya
akan diasosiasikan sehingga ketika pola stimuli itu terjadi lagi, ia cenderung
akan memunculkan respons tersebut. Pada 1959 Guthrie merevisi hukum kontiguitas
dengan menyatakan “Apa yang diperhatikan akan menjadi sinyl bagi apa-apa yang
sedang dilakukan”.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum
kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada
waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell,
Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan
terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon
lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang
baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan
antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan
belajar peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat
dan menetap.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah yang kami bahas diantaranya :
1. Siapakah
Edwin Ray Guthrie ?
2. Bagaimana
teori belajar kontiguitas?
3. Apakah metode yang digunakan Gutrhrie dalam
mengubah tingkah laku?
4. Bagaimana pendapat Guthrie tentang pendidikan?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini, diantaranya :
1. Untuk
mengetahui riwayat Edwin Ray Guthrie
2. Untuk
mengetahui teori belajar Kontiguitas
3. Untuk
mengetahui metode yang
digunakan Gutrhrie dalam mengubah tingkah laku.
4. Untuk
mengetahui pendapat Guthrie tentang pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Riwayat
Hidup Edwin Ray Guthrie
Edwin Ray Guthrie adalah putra pertama dari
lima bersaudara yang lahir dari keluarga berkecukupan, karena Ibunya seorang
Guru dan Ayahnya seorang Wiraswastawan. Beliau dilahirkan di Lincoln, Nebraska
pada 9 Januari 1886. setelah lulus dari sekolah menengah kemudian Guthrie
berpindah ke Universitas Nebraska dan lulus dengan Ijazah Matematika kemudian
mengajar matematika di beberapa sekolah menengah sambil, memperdalam filsafat
di Universitas Pennsylvania dan lulus sebagai doktor. Kemudian dilanjutkan
dengan menjadi instruktur pada departemen filsafat di Universitas Washington.
Setelah lima tahun kemudian, ia berpindah ke departemen psikologi di mana Ia
menetap sampai kariernya berakhir.
Pada
usia 33 tahun Dr. Guthrie pemenang nobel yang diberikan oleh Asosiasi Psikologi
Amerika dalam kategori kontribusi mutakhir. Selama Perang dunia II, Ia pernah
menjadi Dekan di Universitas Washington. Departemen Psikologi di sebuah
Universitas yang kemudian bangunan tersebut dinamai Gutherie Hall. Guthrie
membuat kontribusi yang patut diperhitungkan dalam dunia ilmu pengetahuan,
khususnya filsafat, psikologi abnormal, psikologi sosial, pelajaran dan teori
psikologi bidang pendidikan. Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959.
Guthrie adalah professor psikologi di university of Washington
dari 1914 dan pension 1956. Karya dasarnya adalah The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Gaya
Tulisanya mudah diikuti, penuh humor, dan banyak menggunakan kisah untuk
menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau persamaan
matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja
harus dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia
sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam hal ini mirip
dengan Thorndike dan Skinner. Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun
jelas dia punya pandangan dan orientasi dan eksperimental.
2.2 Teori Belajar Kontiguitas
Sebagian besar teori belajar dapat dianggap sebagai usaha untuk
menentukan kaidah yang mengatur terjadinya asosiasi antara stimulasi dan
respons.Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang dikemukakan oleh para
teoretisi seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan tak perlu,dan
sebagai penggantinya dia mengusulkan satu hokum belajar, low of contiguity
(hukum kontiguitas),yang dinyatakannya
sebagai berikut:”kombinasi stimuli yang mengiringi suatu gerakan akan cenderung
diikuti oleh gerakan itu jika kejadiannya terulang.Perhatikan bahwa disini
tidak dikatakan tentang”gelombang konfirmasi”atau penguatan atau efek
menyenangkan”(h.23.) cara lain menyatakan hukum kontiguitas adalah jika melakukan sesuatu dalam situai tertentu,pada
waktu lain saat dalam situasi itu cenderung akan melakukan hal yang sama.
Sebelum Guthrie meninggal (1959), merevisi
hukum kontiguitas nya menjadi,”Apa-apa yang di lihat akan menjadi sinyal untuk
apa-apa yang dilakukan”(h.186).Ini adalah cara Guthrie mengakui egitu banyaknya
jumlah stimulasi yang dihadapi organiisme pada satu waktu tertentu dan
organisme tidak mungkin menbentuk asosiasi dengan semua stimulasi itu.Organisme
akan merespon secara selektif pada sebagian kecil dari stimuli yang dihadapi
nya,dan proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respon.Disini kita dapat
melihat ada kemiripan antara pemikiran Guthrie dengan konsep Thorndike
tentang”prapotensi elemen”,yang juga menyatakan bahwa organisme merespon secara
selektif terhadap aspek-aspek lingkungan yang berbeda-beda. Pandangan
Guthrie Tentang Hukum Belajar adalah hukum kontiguitas (law of contiguity), yakni:
“ kombinasi stimuli yang mengiringi gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan
itu jika kejadiaannya berulang” sedangkan pandangan Guthrie tentang Motivasi, Lupa, Hukuman,
Niat, Transfer Training sebagai berikut:
1) Lupa
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh
munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus
menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung
menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses
belajar baru. Contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan
kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar
tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara
umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit
ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah
mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A). Pendapatnya
adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan
menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh
intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi.
2) Hukuman
Guthrie mengatakan
efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab
tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik
bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi karena
hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif
jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama.Hukuman berhasil
mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku
yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika
perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum.
Misalnya, seorang guru yang melihat siswanya ramai, siswa tersebut diingatkan,
jika masih tetap ramai, guru menghukum siswa untuk menyanyi di depan kelas.
3) Motivasi
Motivasi fisiologis merupakan apa yang oleh
Guthrie dikatakan maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan)
yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar
menghasilkan stimuli internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika
makan diperoleh,maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi
yang menstimulasi telah berubah. Misalnya, seorang siswa yang mendapat nilai
jelek saat ulangan, guru tidak boleh memarahinya. Menurut Guthrie, guru
seharusnya memberi dorongan agar siswa tersebut lebih rajin belajar.
4). Niat
Respons
yang dikondisikan ke maintaining
stimuli dinamakan intentions(niat). Respons tersebut dinamakan niat
karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya berlangsung selama
periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang).Gambarannya, ketika seorang
siswa sudah paham dengan materi yang disampaikan oleh guru maka dia akan
langsung mengerjakan soal yang diberikan. Tetapi jika dia belum paham maka dia
akan mengacungkan tangan untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang belum
dipahaminya. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimuli inilah yang tampak
purposive atau intensional (diniatkan).
5). Transfer Training
Guthrie
dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan
menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang sama.
Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin
mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi
yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda belajar
sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu akan
ditransfer ke kelas.Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang
persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus
melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita
diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau
tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hukum
kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan,
keduanya akan dipelajari.
2.3 Metode Yang Digunakan Gutrhrie dalam Mengubah
Tingkah laku
a. Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible
Response Method)
Metode ini
menganggap manusia adalah suatu organisme yang selalu mereaksi kepada
stimulus-stimulus tertentu. Jika suatu reaksi terhadap stimulus tertentu telah
menjadi kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya adalah dengan cara menghubungkan
stimulus dengan reaksi yang berlawanan dengan reaksi yang hendak dihilangkan.
Misalnya seorang
murid yang merasa ketakutan saat disuruh gurunya maju untuk mengerjakan soal di
papan tulis, untuk menghilangkan perasaan takut siswa tersebut, guru bisa
menyuruh siswa maju terus menerus tiap ada soal yang hendak dikerjakan di papan
tulis.
b. Metode Membosankan (Exhaustion Method)
Hubungan antara
stimulus dan reaksi yang buruk itu dibiarkan saja sampai pelakunya merasa
bosan.
Sebagai contoh,
misalnya seorang siswa yang suka membuat catatan kecil untuk mencontek, maka
untuk menghentikan perilaku buruk itu, seorang guru bisa menyuruh siswa
tersebut membuat catatan berlembar-lembar secara terus menerus sehingga ia akan
bosan dengan sendirinya. Contoh lain, seorang siswa yang suka mengobrol dengan
temannya ketika pelajaran berlangsung, guru dapat memberi efek jera pada siswa
tersebut dengan menyuruh siswa tersebut berbicara selama 1 jam pelajaran
sehingga siswa tersebut akan bosan dan berhenti dengan sendirinya.
c. Metode Mengubah Lingkungan (Change of
Environment Method)
Suatu metode yang
dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara Stimulus (S)
dan Reaksi (R) yang buruk yang akan dihilangkan, yakni dengan mengubah
stimulusnya.
Sebagai contoh,
misalnya kita akan mengubah tingkah laku/ kebiasaan-kebiasaan buruk yang
dilakukan seorang anak di sekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah
lain. Contoh lain, seorang siswa yang suka ramai di belakang kelas, untuk
menghentikan kebiasaan ramai siswa tersebut, guru dapat memindahkan tempat
duduknya ke baris depan.
2.4 Pendapat Guthrie Tentang Pendidikan
Teori Pembelajaran Menurut Edwin
Ray Guthrie seperti halnya
Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan
tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia
menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan
bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi
dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons
dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.Latihan (praktik) adalah penting
karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang
diinginkan.karena setiap pengalaman adalah unik, seseorang harus “belajar
ulang” berkali-kali. Guthtrie mengatakan bahwa belajar 2 ditambah 2 di papan
tulis tidak menjamin siswa bisa 2 ditambah 2 ketika dibangku. Karena
memungkinkan siswa akan belajar meletakkan respons pada setiap stimuli (di
dalam atau di luar kelas).
BAB
III
PENUTUP
Hukum belajar yang dikemukakan oleh Guthrie
adalah hukum kontiguitas (law of contiguity). Gutrie menganggap, penguatan
mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya
nonlearning. Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena
hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang
dihukum.
Hukum akan gagal
jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang
dihukum. Seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan
dimulai denganmenyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat
untuk stimuli.Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons
yangdiinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya.
Jadimotivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa
mestimerespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu
DAFTAR PUSTAKA
Ø B.R. Hergenhahn Matthew H. Olson.
2008. Theories of Learning (Edisi Ke-7). Jakarta. Kencana
Ø Wikipedia.org
Ø Ratna Willis Dahar. Teori-teori
belajar dan pembelajaran. Erlangga.
No comments:
Post a Comment