Tuesday, October 4, 2016

Makalah Tentang Teori Kontiguitas



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku individu, belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus dijalani oleh setiap manusia, dengan pendidikan sesorang biasa membedakan mana yang baik dan buruk serta pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan pendidikan juga seseorang bisa merumuskan tujuan hidup. Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya belajar seseorang.
Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya adalah teori belajar Kontiguitas. Teori belajar Kontiguitas merupakan salah satu hukum belajar yang dicetuskan oleh Edwin Ray Guthrie, yang menyatakan bahwa ketika satu pola stimuli dialami bersama dengan satu respons, keduannya akan diasosiasikan sehingga ketika pola stimuli itu terjadi lagi, ia cenderung akan memunculkan respons tersebut. Pada 1959 Guthrie merevisi hukum kontiguitas dengan menyatakan “Apa yang diperhatikan akan menjadi sinyl bagi apa-apa yang sedang dilakukan”.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.



1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang kami bahas diantaranya :
1.      Siapakah Edwin Ray Guthrie ?
2.      Bagaimana teori belajar kontiguitas?
3.      Apakah metode yang digunakan Gutrhrie dalam mengubah tingkah laku?
4.      Bagaimana pendapat Guthrie tentang pendidikan?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, diantaranya :
1.      Untuk mengetahui riwayat Edwin Ray Guthrie
2.      Untuk mengetahui teori belajar Kontiguitas
3.      Untuk mengetahui metode yang digunakan Gutrhrie dalam mengubah tingkah laku.
4.      Untuk mengetahui pendapat Guthrie tentang pendidikan.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Riwayat Hidup Edwin Ray Guthrie
Edwin Ray Guthrie adalah putra pertama dari lima bersaudara yang lahir dari keluarga berkecukupan, karena Ibunya seorang Guru dan Ayahnya seorang Wiraswastawan. Beliau dilahirkan di Lincoln, Nebraska pada 9 Januari 1886. setelah lulus dari sekolah menengah kemudian Guthrie berpindah ke Universitas Nebraska dan lulus dengan Ijazah Matematika kemudian mengajar matematika di beberapa sekolah menengah sambil, memperdalam filsafat di Universitas Pennsylvania dan lulus sebagai doktor. Kemudian dilanjutkan dengan menjadi instruktur pada departemen filsafat di Universitas Washington. Setelah lima tahun kemudian, ia berpindah ke departemen psikologi di mana Ia menetap sampai kariernya berakhir. 
Pada usia 33 tahun Dr. Guthrie pemenang nobel yang diberikan oleh Asosiasi Psikologi Amerika dalam kategori kontribusi mutakhir. Selama Perang dunia II, Ia pernah menjadi Dekan di Universitas Washington. Departemen Psikologi di sebuah Universitas yang kemudian bangunan tersebut dinamai Gutherie Hall. Guthrie membuat kontribusi yang patut diperhitungkan dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya filsafat, psikologi abnormal, psikologi sosial, pelajaran dan teori psikologi bidang pendidikan. Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959.
Guthrie adalah professor psikologi di university of Washington dari 1914 dan pension 1956. Karya dasarnya adalah The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Gaya Tulisanya mudah diikuti, penuh humor, dan banyak menggunakan kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau persamaan matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja harus dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam hal ini mirip dengan Thorndike dan Skinner. Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun jelas dia punya pandangan dan orientasi dan eksperimental.

2.2    Teori  Belajar Kontiguitas
            Sebagian besar teori belajar dapat dianggap sebagai usaha untuk menentukan kaidah yang mengatur terjadinya asosiasi antara stimulasi dan respons.Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang dikemukakan oleh para teoretisi seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan tak perlu,dan sebagai penggantinya dia mengusulkan satu hokum belajar, low of contiguity (hukum  kontiguitas),yang dinyatakannya sebagai berikut:”kombinasi stimuli yang mengiringi suatu gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiannya terulang.Perhatikan bahwa disini tidak dikatakan tentang”gelombang konfirmasi”atau penguatan atau efek menyenangkan”(h.23.) cara lain menyatakan hukum kontiguitas adalah jika  melakukan sesuatu dalam situai tertentu,pada waktu lain saat dalam situasi itu cenderung akan melakukan hal yang sama.
Sebelum Guthrie meninggal (1959), merevisi hukum kontiguitas nya menjadi,”Apa-apa yang di lihat akan menjadi sinyal untuk apa-apa yang dilakukan”(h.186).Ini adalah cara Guthrie mengakui egitu banyaknya jumlah stimulasi yang dihadapi organiisme pada satu waktu tertentu dan organisme tidak mungkin menbentuk asosiasi dengan semua stimulasi itu.Organisme akan merespon secara selektif pada sebagian kecil dari stimuli yang dihadapi nya,dan proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respon.Disini kita dapat melihat ada kemiripan antara pemikiran Guthrie dengan konsep Thorndike tentang”prapotensi elemen”,yang juga menyatakan bahwa organisme merespon secara selektif terhadap aspek-aspek lingkungan yang berbeda-beda. Pandangan Guthrie Tentang Hukum Belajar adalah  hukum kontiguitas (law of contiguity), yakni: “ kombinasi stimuli yang mengiringi gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiaannya berulang” sedangkan pandangan Guthrie tentang Motivasi, Lupa, Hukuman, Niat, Transfer Training sebagai berikut:
1)      Lupa
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A). Pendapatnya adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi.

2)      Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama.Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Misalnya, seorang guru yang melihat siswanya ramai, siswa tersebut diingatkan, jika masih tetap ramai, guru menghukum siswa untuk menyanyi di depan kelas.

3)      Motivasi
Motivasi fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh,maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah. Misalnya, seorang siswa yang mendapat nilai jelek saat ulangan, guru tidak boleh memarahinya. Menurut Guthrie, guru seharusnya memberi dorongan agar siswa tersebut lebih rajin belajar.


4). Niat
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions(niat). Respons tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang).Gambarannya, ketika seorang siswa sudah paham dengan materi yang disampaikan oleh guru maka dia akan langsung mengerjakan soal yang diberikan. Tetapi jika dia belum paham maka dia akan mengacungkan tangan untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dipahaminya. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimuli inilah yang tampak purposive atau intensional (diniatkan).
5). Transfer Training
Guthrie dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang sama. Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu akan ditransfer ke kelas.Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hukum kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan, keduanya akan dipelajari.
                                                                
2.3    Metode Yang Digunakan Gutrhrie dalam Mengubah Tingkah laku

a.    Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method)
Metode ini menganggap manusia adalah suatu organisme yang selalu mereaksi kepada stimulus-stimulus tertentu. Jika suatu reaksi terhadap stimulus tertentu telah menjadi kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya adalah dengan cara menghubungkan stimulus dengan reaksi yang berlawanan dengan reaksi yang hendak dihilangkan.
Misalnya seorang murid yang merasa ketakutan saat disuruh gurunya maju untuk mengerjakan soal di papan tulis, untuk menghilangkan perasaan takut siswa tersebut, guru bisa menyuruh siswa maju terus menerus tiap ada soal yang hendak dikerjakan di papan tulis.
b.    Metode Membosankan (­Exhaustion Method)
Hubungan antara stimulus dan reaksi yang buruk itu dibiarkan saja sampai pelakunya merasa bosan.
Sebagai contoh, misalnya seorang siswa yang suka membuat catatan kecil untuk mencontek, maka untuk menghentikan perilaku buruk itu, seorang guru bisa menyuruh siswa tersebut membuat catatan berlembar-lembar secara terus menerus sehingga ia akan bosan dengan sendirinya. Contoh lain, seorang siswa yang suka mengobrol dengan temannya ketika pelajaran berlangsung, guru dapat memberi efek jera pada siswa tersebut dengan menyuruh siswa tersebut berbicara selama 1 jam pelajaran sehingga siswa tersebut akan bosan dan berhenti dengan sendirinya.
c.    Metode Mengubah Lingkungan (Change of Environment Method)
Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara Stimulus (S) dan Reaksi (R) yang buruk yang akan dihilangkan, yakni dengan mengubah stimulusnya.
Sebagai contoh, misalnya kita akan mengubah tingkah laku/ kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seorang anak di sekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah lain. Contoh lain, seorang siswa yang suka ramai di belakang kelas, untuk menghentikan kebiasaan ramai siswa tersebut, guru dapat memindahkan tempat duduknya ke baris depan.
2.4     Pendapat Guthrie Tentang Pendidikan
Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.Latihan (praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan.karena setiap pengalaman adalah unik, seseorang harus “belajar ulang” berkali-kali. Guthtrie mengatakan bahwa belajar 2 ditambah 2 di papan tulis tidak menjamin siswa bisa 2 ditambah 2 ketika dibangku. Karena memungkinkan siswa akan belajar meletakkan respons pada setiap stimuli (di dalam atau di luar kelas).




















BAB III
PENUTUP

Hukum belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum kontiguitas (law of contiguity). Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum.
Hukum akan gagal  jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai denganmenyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli.Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yangdiinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadimotivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mestimerespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu












DAFTAR  PUSTAKA

Ø  Herfis. 2009. Clark L. Hullhttp://herfis.blogspot.com.
Ø  B.R. Hergenhahn Matthew H. Olson. 2008. Theories of Learning (Edisi Ke-7). Jakarta. Kencana
Ø  Wikipedia.org
Ø  Ratna Willis Dahar. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Erlangga.

No comments:

Post a Comment